Book · book review · Books · Buku · Gramedia pustaka utama · ika natassa · novel dewasa · Poll story · quotes · Review · review buku · sinopsis · sinopsis buku · The Architecture of love

The Architecture Of Love – Ika Natassa Book Review

CZP77KLUsAA2-8w.jpg

“every person has at least one secret that will break your heart.”

“People say that Paris is the city of love, but for me, New York deserves the title more. It’s impossible not to fall in love with the city like it’s almost impossible not to fall in love with the city.”

“cinta memang terlalu penting untuk diserahkan pada takdir, tapi segigih apapun kita memperjuangkan, tidak ada yang bisa melawan takdir.”

-The architecture of love, Ika Natassa

304 halaman

Novel Dewasa

Sinopsis

New York mungkin berada di urutan teratas daftar kota yang paling banyak dijadikan setting cerita atau film. Di beberapa film Hollywood, mulai dari Nora Ephron’s You’ve Got Mail hingga Martin Scorsese’s Taxi Driver, New York bahkan bukan sekadar setting namun tampil sebagai “karakter” yang menghidupkan cerita.

Ke kota itulah Raia, seorang penulis, mengejar inspirasi setelah sekian lama tidak mampu menggoreskan satu kalimat pun.

Raia menjadikan setiap sudut New York “kantor”-nya. Berjalan kaki menyusuri Brooklyn sampai Queens, dia mencari sepenggal cerita di tiap jengkalnya, pada orang-orang yang berpapasan dengannya, dalam percakapan yang dia dengar, dalam tatapan yang sedetik-dua detik bertaut dengan kedua matanya. Namun bahkan setelah melakukan itu setiap hari, ditemani daun-daun menguning berguguran hingga butiran salju yang memutihkan kota ini, layar laptop Raia masih saja kosong tanpa cerita.

Sampai akhirnya dia bertemu seseorang yang mengajarinya melihat kota ini dengan cara berbeda. Orang yang juga menyimpan rahasia yang tak pernah dia duga.

The Architecture of Love Ika Natassa ilustrasi sketsa.jpg

My Review

Pertama kali liat sinopsis buku ini, aku sangat tertarik. Tapi, ketika aku liat harganya, aku langsung mental breakdown. Serius, menurut aku buku ini mahal banget untuk ukuran buku Indonesia. Tapi mengingat penulisnya yang sangat terkenal, aku akhirnya memakluminya dan membeli buku ini.

Buku ini benar-benar hebat. Aku tertarik masuk ke dalam cerita buku ini dan ketika membaca, aku ikut merasakan rasa sakit yang dialami Raia. This book is not joking dude. Bahkan setelah selesai baca buku ini, aku jadi ikut-ikutan berbicara setengah inggris dan setengah indonesia.

Jadi, buku ini menceritakan tentang seorang wanita bernama Raia yang berprofesi menjadi seorang penulis. Karena tidak mempunyai inspirasi dan ide lagi, Raia memutuskan untuk pergi ke New York. Kemudian ia bertemu dengan seorang pria bernama River. River adalah seorang pria yang mempunyai banyak cerita dan telah mengajarkan kepada Raia untuk melihat kota New York dengan cara yang berbeda. Mengajarinya kalau bangunan bukan sekadar benda mati, namun mereka semua mempunyai banyak cerita. Di pertengahan cerita, konflik pun mulai muncul. Dan kisah masa lalu mereka berdua mulai terungkap.

Seperti biasanya, Kak Ika selalu berhasil membuat para pembaca penasaran. Seperti biasanya juga, Kak Ika pasti akan memunculkan satu konflik di awal cerita seperti contohnya mulai mengungkap masa lalu River, tapi tidak memberikan penjelasan yang kita mau. Sedih bukan? Ketika mulai penasaran dan ingin mengetahui lebih lanjut kisah River namun di bab selanjutnya tidak dijelaskan lebih lanjut tentang masalah River. Pembaca harus menunggu penjelasan dengan cara membaca terus-terusan dan akhirnya akan dijelaskan lebih lanjut di tengah-tengah cerita ketika kita mulai lupa kalau si River ini punya masa lalu yang kelam. Sangat menarik.

Aku sangat menyukai bagaimana Kak Ika bernarasi, dan bercerita. Membaca buku ini membuatku seperti diajak keliling New York. Aku sangat suka bagaimana cerita dalam buku ini mengalir dengan sangat mulus dan berakhir dengan sangat baik. Aku juga suka dengan berbagai macam penjelasan River mengenai sejarah gedung-gedung yang Raia dan River kunjungi. Satu hal yang tidak kusukai dari buku ini adalah, terlalu banyak unsur dewasanya mungkin? HAHAHAH mengingat umurku yang masih remaja, kuharap kalian mengerti maksudku kan? Aku ingin sekali kapan-kapan Kak Ika bisa membuat cerita remaja. Jika ada, sudah pasti aku akan langsung membelinya.

Keunggulan lainnya dari buku ini adalah too much quotes. Aku takjub dengan para penulis yang bisa membuat quotes. Semua kata-kata dirangkai dengan begitu rapi dan bermakna. Dan yang lebih mengejutkan lagi, buku ini diselesaikan hanya dengan memakan waktu 3 bulan!

Selain itu, aku juga sangat terkejut ketika melihat Harris, Ale, dan Tanya! Aku tidak menyangka kalau buku ini ada kaitannya dengan “Critical Eleven”. Entah kenapa ada kegembiraan sendiri melihat karakter “Critical Eleven” muncul. Dari awal cerita, aku sempat bingung karena nama panjang Raia adalah Raia Risjad. Seingatku nama Ale adalah Ale Risjad, dan ternyata dugaanku benar.

Entah kenapa, aku selalu menyukai pembatas buku Ika Natassa. Pembatas bukunya selalu manis. Dan setelah selesai membaca buku ini, aku jadi mulai berpikir kalau kota romantis itu bukan Paris, tapi New York! Kak Ika membuatku jatuh cinta pada New York.

Bagi kalian yang belum membaca buku ini, aku sangat sangat sangat menyarankan kalian untuk segera membacanya. Buku ini sangat mengagumkan dan aku tidak dapat berkata apa-apa lagi. Buku ini tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata #keluarefeklebai.

Aku memberikan buku ini 5 bintang!!! aku sangat menyukai buku ini. Dan satu lagi buku ini sangat cocok dibaca untuk kalian yang menyukai cerita serius, kalau kalian menyukai cerita romansa komedi kurasa kalian tidak cocok dengan buku ini *Walaupun di beberapa adegan ada unsur komedinya juga sih. Singkat kata, Selamat membaca 🙂

2 thoughts on “The Architecture Of Love – Ika Natassa Book Review

Leave a comment